Ismono Yahmo: BGH Merupakan Perwujudan dari Janji Pemerintah Terhadap Dunia

Jakarta (30/11/2022) - Ismono Yahmo, salah seorang pengampu dan penguji memberikan tanggapan positif terhadap penyelenggaraan program pelatihan dan ujian BGH: "meski saya pribadi sempat absen karena kondisi kesehatan, secara keseluruhan program ini berjalan sangat baik, sangat lancar dan sangat terencana."

Ismono Yahmo

Pengampu dan Penguji Program Pelatihan BGH 

Beliau mengaku bahwa kondisi kesehatan tersebut juga terkait metode pelatihan offline dan lokasi pelaksanaan pelatihan yang relatif jauh di luar kota. Ada harapan semoga metode pelatihan bisa dilaksanakan secara "hybrid". Misal mata pelajaran tertentu bisa dilaksanakan "online", sementara yang relatif sangat penting dilaksanakan secara "offline". Selain itu dari sudut pandang pengampu, beliau berharap ada metode tandem atau "team-teaching". Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kondisi kesehatan yang sewaktu-waktu tidak memadai.

Khusus konteks sasaran program pelatihan dan ujian, baik bagi Profesional, Tim Profesi Ahli (TPA)dan Aparatur Sipil Negara (ASN), ketiganya sama-sama dibutuhkan. Tanpa suplai TPA yang memadai, maka akan terjadi ketimpangan karena dokumen tidak bisa dikelola dan proses sertifikasi bisa terganjal. Di satu sisi lain para ASN dari perwakilan Pemda Tingkat II sebagai administrator juga harus memahami "business-process". Jika tidak, maka akan terjadi stagnansi atau ketimpangan.

Di atas kelengkapan infrastruktur peran-peran di atas, Ismono berharap semoga sertifikasi ini tidak hanya sekadar menjadi lembaran kertas formalitas semata. Melainkan harus ada implementasi nyata dan dampak konkrit yang dihasilkan bisa benar-benar dinikmati pengguna bangunan-gedung dan lingkungan. Alasannya adalah karena gerakan ini merupakan janji pemerintah Indonesia terhadap dunia, sebagai sikap tegas mengantisipasi perubahan iklim. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia harus konsekuen.

Pesan Ismono mengenai ASN, "demand" akan sangat tinggi, sementara "supply" masih sangat rendah. Perlu dibentuk suatu kerjasama penyelenggaraan pelatihan dan ujian dengan 514 kabupaten se-Indonesia. Mengenai Profesional, beliau berpesan bahwa pelatihan ini adalah "bridging" yang kelak harus dikelola secara mandiri oleh masyarakat, khususnya asosiasi profesi. Sementara pesan terakhir mengenai TPA, beliau berharap agar memiliki pola-pikir generalis (tidak tersegmen). Tujuannya adalah supaya proses asesmen tidak bisa "dikadali" oleh penyusun dokumen.


Baca juga  Jimmy Siswanto Juwana: Belajar dan Mengikuti Ujian Jangan Hanya Sekadar Mengejar Kepentingan Legalitas 

Untuk request diskusi pelatihan dan ujian Bangunan Gedung Hijau; maupun pelatihan High-Performance Building Services lainnya segera hubungi  AP Buildings WhatsApp.